BAB I : APA ITU ADVOKASI
Advokasi merupakan upaya-upaya dari atau atas nama individu-individu maupun kelompok yang diperlakukan secara tidak adil untuk mempengaruhi keputusan-keputusan dan perilaku masayrakat yang memiliki kekuasaan untuk menghentikan ketidakadilan tersebut. Upaya-upaya semacam ini direncanakan untuk mempengaruhi proses-proses pengambilan keputusan di dalam lembaga-lembaga pemerintah dan masyarakat sipil.
Advokasi terdiri dari tindakan-tindakan untuk mendesakkan perubahan atas kebijakan-kebijakan pemerintah dan sikap-sikap masyarakat yang berdampak terhadap kehidupan penyandang cacat di tingkat lokal, propinsi maupun nasional. Dalam bidang hak asasi penyandang cacat, pentinglah dicatat bahwa upaya advokasi apapun harus meliputi pendidikan dan pembangunan kesadaran yang berkelanjutan sepanjang waktu
Advokasi terdiri dari tindakan-tindakan untuk mendesakkan perubahan atas kebijakan-kebijakan pemerintah dan sikap-sikap masyarakat yang berdampak terhadap kehidupan penyandang cacat di tingkat lokal, propinsi maupun nasional. Dalam bidang hak asasi penyandang cacat, pentinglah dicatat bahwa upaya advokasi apapun harus meliputi pendidikan dan pembangunan kesadaran yang berkelanjutan sepanjang waktu
Advokasi jarang menggunakan tindakan tunggal untuk mencapai perubahan. Sebaliknya, para pembela dan organisasi-organisasi advokasi mengembangkan suatu strategi, yang berisikan banyak macam tindakan yang seringkali kecil-kecil dan bertahap.
Tindakan-tindakan itu misalnya:
Tindakan-tindakan itu misalnya:
Tindakan-tindakan Edukatif:
Apakah kita memiliki fakta-rakta yang kita butuhkan berkaitan dengan pokok persoalan ini? (penelitian dan analisis)
Bagaimana kita dapat mendorong perhatian masyarakat terhadap suatu persoalan ini? (public outreach)
Bagaimana kita dapat mengubah sikap orang terhadap persoalan ini? (pendidikan dan
pelatihan)
Tindakan-tindakan Politis:
Bagaimana kita dapat mengarahkan para penentu kebijakan pemerintah untuk mengubah atau menjalankan kebijakan yang mengarah kepada persoalan ini? (lobi)
Apakah undang-undang baru diperlukan untuk memperhatikan persoalan ini?
apakah undang-undang yang ada perlu dicabut?
Apakah undang-undang yang sudah ada perlu dijalankan oleh pengadilan atau agen administratif pemerintah?
apakah undang-undang yang ada perlu dicabut?
Apakah undang-undang yang sudah ada perlu dijalankan oleh pengadilan atau agen administratif pemerintah?
Advokasi dihasilkan oleh suatu penilaian yang realistis terhadap lingkungan internal maupun eksternal di mana penyandang cacat dan organisasi-organisasi yang mewakilinya bekerja. Penilaian semacam ini harus memperhitungkan kekuatan-kekuatan dan kemampuan internal organisasi, dan mengidentifikasi ancaman serta peluang dari lingkungan eksternal yang dapat mendukung maupun menghalangi upaya-upaya advokasi.
Supaya menjadi lebih efektif, upaya-upaya semacam ini menuntut perencanaan strategis dan metodologi yang telah dipikirkan masak-masak. Pedoman umum proses perencanaan ini digambarkan dalam bagan berikut2:
Dalam gerakan penyandang cacat, advokasi tidak hanya berarti tindakan membela atau mendukung para penyandang cacat. Yang lebih penting dari itu, ini berarti tindakan menempatkan diri bersama-sama dengan para penyandang cacat dalam tindakan-tindakan yang sistematis dan strategis untuk menghasilkan perubahan sosial, ekonomi, dan politik yang positif. Ini berarti bahwa para penyandang cacat berbicara atas nama diri mereka sendiri.
BAB II: PENYANDANG CACAT SEBAGAI AGEN PERUBAHAN
Advokasi merupakan hal yang mendasar bagi penduduk yang terpinggirkan, termasuk para penyandang cacat, apabila mereka sungguh-sungguh terintegrasi ke dalam masyarakat dengan hak-hak dan tanggung jawab yang sama seperti anggota masyarakat yang lain.
Namun demikian, agar para penyandang cacat menjadi agen perubahan sosial, mereka juga harus mengakui perlunya perubahan dalam sikap dan perilaku mereka sendiri. Dengan demikian perubahan harus terjadi dalam dua arah, bukan hanya pada tingkat sosial namun juga pada tingkat internal.
Ini mencakup:
Ini mencakup:
Memiliki sikap penerimaan diri yang positip
Seorang penyandang cacat yang tidak dapat menerima dirinya sendiri, membutuhkan perhatian khusus. Penerimaan diri berarti:
- Bangga terhadap diri sendiri
- Mencari yang terbaik untuk diri sendiri, mempergunakan sebaik-baiknya apa yang dimiliki
- Berinisiatif untuk memahami sepenuhnya keadaan diri sendiri
- Memperhatikan kesehatan karena penyandang cacat seringkali lebih rentan terhadap penyakit
Mendidik diri sendiri
Penyandang cacat hendaknya memiliki pemahaman yang jelas dan kuat tentang arti kecacatan sebagai masalah hak asasi manusia. Ini dijelaskan dalam Bagian I, Bab 2 di atas. Mereka hendaknya menanamkan hal ini dalam pemahaman mereka tentang hak-hak dan tanggungjawab mereka sebagai anggota masyarakat.
Mendidik yang lain
Halangan paling serius yang sering dihadapi oleh para penyandang cacat adalah kesulitan dalam mengkomunikasikan kebutuhan-kebutuhan real dan pandangan-pandangan mereka. Hal ini dapat dikurangi dengan keterbukaan yang lebih besar dari para penyandang cacat, sehingga mereka menjadi lebih nyaman untuk mengungkapkan diri sendiri dan membagikan pengalaman untuk mencari jalan keluar. Keterbukaan semacam ini juga akan membantu para penyandang cacat untuk mencapai kepercayaan diri dan memberikan kepercayaan diri kepada yang lain untuk mengambil pilihan-pilihan atas kehidupan yang mandiri.
Para tetangga, teman, guru dan bahkan anggota keluarga para penyandang cacat itu tidak akan pernah mengetahui secara persis kondisi seseorang penyandang cacat, sehingga para penyandang cacat hendaknya secara proaktif memberitahukan kebutuhan-kebutuhan mereka sendiri kepada mereka. Ini dapat diartikan, misalnya, keterbatasan seorang penyandang cacat dalam melakukan aktivitas tertentu, kebutuhan mereka akan bantuan mobilitas khusus, atau cara-cara bagaimana seorang asisten personal barangkali diperlukan dalam siatuasi tertentu. Penyandang cacat hendaknya menjelaskan bagaimana pemenuhan kebutuhan-kebtuhan ini akan mendorong pengambilan keputusan yang otonom – suatu tanda kebebasan bagi para penyandang cacat.
Dengan cara demikian para penyandang cacat mendidik masyarakat mereka tentang kecacatan sebagai bagian wajar dari keragaman kemanusiaan. Mereka dapat menekankan perlunya
sensitivitas terhadap penyandang cacat dan pentingnya meminta serta memperhatikan secara aktif sumbangan-sumbangan mereka dalam semua hal yang penting bagi masyarakat.
Berpihak kepada semua golongan penyandang cacat dan menjadi bagian dari gerakan dunia
Para penyandang cacat pada umumnya membentuk organisasi-organisasi yang mewakilinya berdasarkan golongan kecacatan mereka. Ini terjadi karena agenda-agenda bersama mereka yang utama dibentuk oleh kebutuhan-kebutuhan konkret dan kusus mereka berkenaan dengan perlengkapan yang mendukung, pendidikan dan pekerjaan. Namun demikian, demi advokasi untuk memajukan perubahan sosial, kerjasama antar penyandang cacat merupakan hal yang penting. Organisasi-organisasi penyandang cacat perlu memahami tempat mereka dalam gerakan rakyat yang lebih luas yang kesempatan-kesempatannya yang setara telah ditolak karena keterbatasan-keterbatasan mereka – yang kadang-kadang memang nyata namun seringkali hanya merupakan anggapan. Organisasi-organisasi penyandang cacat itu sendiri mempunyai kewajiban untuk menerapkan prinsip inklusif dalam berelasi dengan yang lain. Ini berarti, misalnya, memastikan bahwa organisasi-organisasi penyandang cacat mental atau penyandang lepra yang juga dikenal sebagai penyandang cacat, secara setara dimasukkan dalam upaya-upaya advokasi. Dengan cara demikian, para penyandang cacat dapat menyampaikan pesan bersama tentang iklusi dan kemandirian dengan kekuatan yang lebih besar di tengah masyarakat pada umumnya.
0 Response to "ADVOKASI"
Posting Komentar